Benarkah Slogan 1000 Hafidz hanyalah alat kepentingan politik?

1000 hafizd
Azhar, sebagai Mahasiswa Hukum Tata Negara Universitas Malikussaleh.

Benarkah Slogan 1000 Hafidz hanyalah alat kepentingan politik?

Oleh :

Azhar
Mahasiswa Hukum Tata Negara 
Universitas Malikussaleh

Bimcmedia.com, Opini : Musabaqah Tilawatil Quran Tingkat Provinsi Aceh ke-35 yang dilaksanakan di Kabupaten Bener Meriah resmi berakhir pada tanggal 24 Juni 2022. Kabupaten Aceh Besar dinobatkan sebagai Juara Umum 1 di MTQ kali ini,disusul dengan Kabupaten Pidie dan Aceh Timur sebagai juara umum 2 serta tuan rumah kabupaten Bener Meriah yang menjadi juara umum 3,Sementara itu kabupaten Gayo Lues berada di peringkat juru kunci dari 23 kabupaten.

Daerah yang dijuluki dengan Negeri 1000 Hafidz ini harus puas berada di posisi terakhir dengan hanya meraih 1 juara 3. Hal ini menimbulkan banyak komentar sekaligus kritikan dari masyarakat kabupaten Gayo Lues ,karena banyak yang kecewa dengan hasil tersebut sampai-sampai banyak yang menilai ada unsur politik di dalam program 1000 hafidz,lantas apakah hal tersebut benar? Berikut ini ulasan yang saya berikan.

Program 1000 hafidz merupakan program yang dibuat oleh Bapak Bupati & Wakil Bupati Gayo Lues H.Muhammad Amru dan H.Said Sani yang sudah berjalan sejak awal pemerintahannya dengan tujuan supaya kabupaten Gayo Lues banyak melahirkan penghafal Al-Qur'an di negeri 1000 bukit. Kembali ke topik pembahasan terkait dengan hasil yang mengecewakan yang didapat kafilah Gayo Lues di MTQ kali ini, menurut saya kita tidak bisa langsung mengklaim jika slogan 1000 hafidz hanyalah alat yang digunakan pemerintah demi kepentingan politik, yang perlu kita pahami adalah 1000 Hafidz merupakan program pemerintah dan MTQ ini merupakan sebuah kompetisi atau lomba dan tidak ada kaitannya dengan dunia politik.

Yang kedua slogan 1000 hafidz bukan menjadi tolak ukur untuk menentukan apakah kafilah Gayo Lues menang atau tidak karena itu bukan menjadi acuan, kabupaten lain juga turut mempersiapkan peserta terbaik mereka dalam MTQ ini.

Jadi kritikan tersebut menurut saya kurang tepat karena jika seandainya Kafilah Gayo Lues menjadi juara umum dalam MTQ ini apakah masih ada masyarakat yang mengaitkan hasil yang didapat tersebut dengan politik?, jawabannya tentu saja tidak. Terlepas dari hasil akhir yang didapat , jauh sebelum pelaksanaan MTQ ini pemerintah dan pembina ,Guru,sekaligus pelatih telah menyeleksi, serta mempersiapkan peserta putra putri terbaik kabupaten Gayo Lues yang siap bersaing dengan kabupaten lainnya nanti dalam MTQ ini. Untuk hasil akhir yang didapat tentunya mereka sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi juara di setiap cabang perlombaan,menang atau kalah itu sudah ada penilaian dari dewan juri.

Oleh sebab itu, mungkin kita kecewa dengan hasil yang didapat Negeri 1000 hafidz dalam MTQ kali ini, tetapi kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan pemerintah dan para guru mereka,yang seharusnya adalah kita memberi saran kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan dan mempersiapkan peserta sebaik mungkin untuk MTQ selanjutnya supaya kabupaten Gayo Lues bisa lebih baik lagi dan mendapatkan juara.

***

Komentar

Loading...
error: Content is protected !!