Begini Pengakuan Masyarakat Sekitaran PT. Mifa Bersaudara Kepada SOMBEP Aceh Barat

Bimcmedia.com, Meulaboh ; Solidaritas Mahasiswa Bela Pendidikan (SOMBEP) Aceh Barat mengunjungi masyarakat sekitaran wilayah PT. Mifa Bersaudara untuk mendengarkan pengakuan warga, perihal dampak hadirnya tambang batu bara di Gampong tersebut, pada Rabu (16/03/2022).
Ketua Umum SOMBEP Jhony Howord menyampaikan kegiatan itu dilakukan pihaknya untuk mendengar langsung pengakuan masyarkat dan mahasiswa, terkait dampak hadirnya perusahan PT. Mifa Bersaudara khususnya perihal masalah debu batu bara.
"Kita mencoba untuk berdiskusi dengan warga dan mahasiswa STIKIP BBM guna mendengarkan keluh kesah warga sekita perusahaan mifa terkait masalah debu bara," ujar Jhoni kepada bimcmedia.com dalam keterangan rilisnya, Rabu (16/03/2022).
Warga sekitaran PT. Mifa Bersaudara dalam kegiatan diskusi bersama anggota Solidaritas Mahasiswa Bela Pendidikan mengatakan dirinya beserta keluarga mengalami gangguan kesehatan akibat debu yan di hasilkan tambang batu bara di daerah tersebut.
"Saya,anak dan cucu sering batuk-batuk, sesak nafas karena ada debu, rumah kita bisa 15 kali sehari kita sapu, selalu kotor terkena debu batu bara" ujar salah seorang warga sekita yang tidak ingin di sebutkan namanya.
Pihak warga sekitar perusahaan juga menjelaskan jumlah penduduk asli yang tinggal di wilayah tersebut kurang lebih hanya tinggal 4 Kepala Keluarga (KK) lagi, selebihnya memilih pidah lantaran kondisi lingkungan yang tidak baik.
"Disini hanya tinggal beberapa KK lagi kalau gak salah 4 KK" jelas warga sambil menunjukan beberapa unik lokasi rumah yang sudah tidak berpenghuni.
Kemudian dalam kegiatan kunjungan itu, selain diskusi dengan masyarakat pihak SOMBEP yang di pimpin langsung Jhony Howor juga mencoba melakukan audiensi dengan para mahasiswa sekitar yakni dari kampus Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STIKIP BBM).
Kepada pihak SOMBEP Para mahasiswa STIKIP BBM mengatakan bahwa selama ini kegiatan perkuliahan mereka cukup terganggu, dimana mereka harus terus memakai masker saat menempuh perjalanan menuju kampus kerena terganggu dengan adanya debu batu bara. Tidak hanya itu debu bara yang beterbangan juga ikut mengotori rungan pembelajaran.
"Debu itu asalnya mau terbawa kendaraan, PT. Mifa maupun perusahaan (Baru Bara) lainya, itu sangat menggangu sekali dan waktu pulang pergi kampus kita harus menggunakan masker, kalau gak bahaya" tutur Sarifa dalam diskusinya bersama SOMBEP Aceh Barat.
Selanjutnya mahasiswa STIKIP BBM itu juga menyebutkan selama ini PT. Mifa Bersaudara hanya memberikan beberapa unit AC serta bibit pohon untuk penghijauan, sebagi bentuk kompensasi atau kepedulian.
"Pihak Mifa sudah pernah datang ke kampus untuk edukasi serta memberikan tanaman dan AC, namun pendingin ruangan tersebut tidak berfungsi menurut kami, karena di pasangnya di lantai atas yang ringan yang tidak kami gunakan" tambahnya
Terakhir Ketua Umum SOMBEP sangat menyayangkan atas kondisi masyarakat maupun mahasiswa di sekitaran wilayah PT. Mifa Bersaudara sebab menurutnya selama hadirnya PT. Mifa Bersaudara, walau memiliki dampak positif namun juga memberikan dampak kerusakan dan kesehatan, demikian pihak perusahan hanya memberikan kompensasi seadanya.
"Kita tentunya perihatin dengan kondisi warga dan teman-teman mahasiswa sebab, selain dampak positif, hadirnya PT. Mifa juga memberikan dampak kerusakan lingkungan dan kesehatan, kendati demikian pihak perusahaan batu bara tersebut terkesan menutup mata dan rendah kepedulian menurut kami" tutup Jhony di dampingi D. Rahmad Maulana selaku Sekjend dan pengurus lainya. ***
Komentar