Gerakan Pemuda Mengajar Dengan Metode Mentoring Sytem Sebagai Upaya Memulihkan Pendidikan Pasca Pandemi Covid-19
bimcmedia.com, Meulaboh : Menjadi tantangan bagi negara kita setelah terdapat bahwa kasus Covid-19 telah sampai di Indonesia. Kejadian ini serentak membuat masyarakat terus berwaspada terhadap virus Covid-19 ini, sehingga kondisi sosial masyarakat tidak stabil.
Covid-19 sendiri adalah sebuah wabah virus jenis baru yang bernama SARS-CoV-2 dan penyakitnya disebut Coronavirus disease (COVID19). Diketahui penyakit ini berasal dari Wuhan, Tiongkok dan ditemukan pada akhir September 2019 (Yuliana, 2020). Virus ini menyerang penafasan sehingga membuat korbanya sesak nafas dan juga diperparah virus ini bersipat menular. Sehingga organisasi kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan penyakit yang disebabkan oleh virus Covid-19 sebagai pandemic (Mufida, 2020).
Segala upaya pun dilakukan sebagai upaya pencegahan terhadap bahaya wabah virus Covid-19 ini. Mulai dari pyscal distanting (jaga jarak) dan social distanting (pembatasan sosial). Di Indonesia sendiri melakukan kebijakan yang dikenal dengan istilah PSBB (Pembatasan Sosial Bersekala Besar) dengan ini pemerintah Indonesia berupaya untuk mengendalikan dan terus memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19 ini. Pun demikian pandemi Covid-19 ini memerlukan waktu berbulan-bulan untuk dapat terselesaikan jika ditangani dengan serius dan masyarakat juga taat dalam menerapkan protokol kesehatan.
Lamanya waktu untuk mengatasi virus ini sehingga menimbulkan masalah baru yang bukan habis dikesehatan saja namun juga disisi yang lain. sebut saja ekonomi, hari ini indonesia telah terancam resesi ekonomi. Pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 anjlok hingga 2,97 persen (cnnindonesia.com). Belum lagi dampak covid-19 yang memaksa 3,06 juta orang dirumahkan dan juga ada yang kehilangan gelar sebagai pekerja (data per 27 Mei 2020 dikutip dari Kemnaker) akhirnya menimbulkan masalah baru yaitu dari segi sosial sehingga banyaknya menyeret pengangguran baru. Ditambah lagi konflik dari lingkup terkecil pemerintahan (desa) yaitu permasalahan program bantuan BLT (Bantuan Langsung Tunai) sebagai upaya membantu masyarakat kecil, namun akibat pemimpin yang tidak amanah alhasil penyaluran bermasalah, mulai korupsi dan konflik lainya ini berjejer dipemberitaan media. tidak bisa terelakan karena itu adalah salah satu yang diharapkan masyarakat akibat jepitan ekonomi masa pandemi Covid-19 ini.
Terlepas dari hirarki masalah diatas yang ditimbulkan dari Covid-19 penulis memaparkan itu dalam gambaran besar saja dari ekonomi dan sosial sebab tulisan ini akan berupaya untuk menarik fokus permasalahan pada aspek pendidikan yang terdampak pandemi Covid-19. Sebab pendidikan adalah titik penting dalam pembangunan suatu bangsa, kita sepakat akan hal itu. Selama kasus pandemi Covid-19 pendidikan di Indonesia sendiri seperti terombang ambing, dalam keadaan normal saja banyak ketimpangan yang terjadi antar daerah (Aji, 2020). Terlebih saat Covid-19 saat ini sehingga memerlukan perhatian khusus untuk dapat tetap bangkit pasca pandemi ini. Lantas bagaimana sebenarnya yang terjadi terhadap pendidikan kita?, dan bagaimana seharusnya pemuda kita berperan?. Uraian dibawah akan membawa kita untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan pendidikan di Indonesia dan menemukan solusi untuk permasalahan pendidikan pasca pandemi Covid-19.
Setelah pemerintah mengumumkan program dirumah aja, serentak beberapa intansi pendidikan baik itu tingkat SD, SMP, SMA maupun sampai jenjang Universitas meliburkan sistem belajar secara tatap muka. Pemberhentian ini bukan semata-mata berhenti juga program belajar mengajarnya, namun diganti dengan sistem belajar online atau biasa disebut sistem daring. Program belajar yang menggunakan WhatApp grub, atau secara tatap muka menggunakan aplikasi Zoom dan sebagainya. Pembelajaran dengan sistem ini terkesan tanpa persiapan, baik itu bagi si pelajar atau pengajar. Jika bagi tingkat Universitas saja masih banyak terjadi terkendala bagaimana pula dengan tingkat dasar, oleh sebab itu SD dan SMP menjadi perhatian penting, karena dari situ kita bisa memberikan pupuk terbaik bagi bibit-bibit unggul bangsa ini.
Jika belajar daring untuk daerah perkotaan sangat mendukung sebab fasilitas jaringan juga memadahi. Namun bagaimana mereka siswa yang tinggal di perdesaan yang menggunakan sistem daring dengan jaringan yang sangat sulit untuk mereka akses. Tak terkecuali Pihak sekolah sakalipun harus gigit jari memikirkan solusi untuk belajar daring di daerah desanya, ini juga seperti dikatakan Rizqon dalam jurnalnya bahwa jaringan internet belum merata dipelosok negeri, dan jika pun ada masih belum mampu mengkover media daring (Aji, 2020). Seperti pada kasus ini puluhan sekolah di empat kabupaten Kalimantan Timur kesulitan menjalankan kegiatan belajar mengajar daring selama masa pandemi Covid-19 akibat terbatasnya akses internet (kompas.id). ini adalah bukti pembelajaran daring belum efektif diterapkan di Indonesia mengingat fasilitas penunjang yang belum begitu merata.
Kesulitan berikutnya juga terjadi yaitu dari ketidak kesiapan mental untuk belajar daring (gagap internet). Banyak dari siswa sendiri kebingungan bagaimana menggunakan internet sebab sebelumnya mereka belum pernah belajar menggunakan itu atau bahkan belum kenal yang namanya internet. Yang mirisnya ada kasus tenaga pengajar pun belum mengerti dan kesulitan dalam memberikan materi pelajaran secara daring hasilnya guru hanya suruh siswa mengerjakan soal kemudian di fhoto dan dikirim lewat aplikasi WhatsApp seperti pada kasus di Bandung seorang wali murid protes akibat guru hanya memberikan soal dan jawaban dikirim melalui WhatsApp, menurut dia ini sangat sulit menajaga anak untuk dirumah aja susah apalagi disuruh mengerjakan soal (Republika.com). kejadian ini dapat diberikan alasan sebab sebelumya mereka tanpa ada pelatihan khusus untuk belajar secara daring, sehingga terjadinya kesulitan dalam melakukan proses belajar mengajar.
Disisi lain sekolah yang libur bahkan ada juga yang tidak melakuan proses belajar secara daring, siswa dibiarkan libur tanpa ada pembekalan materi ataupun sebagainya, larut hingga akhir semester. Sehingga banyak diantara mereka ikut bekerja membantu orang tua. Disatu sisi hal ini berdampak baik, namun jika terus terlarut dalam pekerjaan sehingga membuat malas kembali untuk bersekolah. Bahkan yang membuat semakin miris sebagian dari siswa menghabiskan waktunya untuk bermain game online, dalam durasi waktu yang berjam-jam. Mereka begitu saja terlepas dari proses belajar, dan jika terus dibiarkan maka akan bersifat kecanduan. Sehingga memunculkan problem baru anak-anak bangsa.
Uraian diatas masih beberapa permasalahan saja sebagai sample ataupun contoh dari banyaknya permasalahan dibidang pendidikan yang asbabnya dari pandemi Covid-19. Lalu apakah kita generasi muda diam saja? atau membuat sebuah gerakan?. Ya. Kita sepakat untuk membuat sebuah gerakan, agar lebih menarik gerakan itu kita beri nama Pemuda Mengajar gerakan belajar ini dengan menggunakan metode Mentoring system (sistem pendampingan) sebagai upaya untuk memulihkan permasalahan pendidikan di Indonesia yang semeraut pasca pandemi wabah Covid-19, terutama untuk siswa tingat sekolah dasar dan menengah pertama.
Gerakan ini bersipat suka relawan yang mana pemudalah sebagai penggeraknya. Gerakan belajar seperti ini telah dilakukan beberapa organisasi seperti KAMMI yang dikenal dengan liqo, LDK dengan Halaqohnya dan lain – lain. Ini sebagai upaya untuk memahamkan budaya organisasi untuk generasinya. Namun sayangnya tidak pernah dilakukan dalam sekala besar hanya melibatkan lingkup organisasi saja. Nah oleh sebab itu jika gerakan ini gaungkan kembali dan dalam sekala besar maka dapat mendongkrak pendidikan kita untuk bangkit setelah masa pandemi. Dan yang terpenting gerakan ini harus banyak melibatkan para generasi muda terkhusus para mahasiswa sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat.
Sistem belajar Mentoring System ini adalah melalui pintu ke pintu dimana untuk mencari para siswa yang sedang menempuh pendidikan SD dan SMP. Kenapa harus SD dan SMP, pertama penulis ingin mereka mendapatkan perhatian khusus. Alasanya begini, mereka adalah pondasi anak muda jika dari awal mereka tidak diselamatkan dulu maka bagaimana kedepanya, kemudian banyak dari mereka belum paham dalam menggunakan media pembelajaran internet, alhasil mereka ketinggalan materi pembelajaran. Selanjutnya semangat belajar mereka pada umumnya masih tinggi jangan sampai akibat terlalu lama libur dapat menyebabkan malas untuk belajar.
Setelah dapat mengumpulkan dari anak-anak SD dan SMP, kemudian dibagi dalam perkelompok sehingga mereka akan dibina dan diberi pelajaran yang bersipat berkesinambungan untuk terus mengejar pelajaran yang tertinggal. Jika kita hanya mengharapkan dari sekolah saja maka itu tidak akan cukup untuk mengejar segala ketertinggalan. Dan dalam sistem ini bukan hanya diberikan pelajaran umum seperti matematika, bahasa Indonesia dan lain sebagainya. Namun mereka juga diberi motivasi agar tetap semangat dalam belajar, juga disamping itu diajarkan bagaimana kepedulian sosial, mencintai alam, dan hal yang lain yang bersipat mendidik.
Agar tidak menghasilkan sebuah kebosanan pada anak-anak kegiatan ini bisa diadakan seminggu dua kali atau bahkan seminggu tiga kali, tergantung bagaimana kondisi para anak-anak itu dalam meresponya. Jika dilakukan dalam waktu setiap hari akan menghasilkan kejenuhan bagi mereka, sehingga tidak menimbulkan nilai efektip lagi. Kembali lagi namanya juga anak-anak pada umumnya pasti ingin juga yang namanya bermain. Oleh sebab itu kegiatan ini hanya memerlukan keuletan dan kedisiplinan prosesnya.
Penulis yakin jika gerakan sistem belajar ini digalakan dalam sekala besar dan melibatkan para generasi muda yang memiliki intelektual tinggi maka banyak dampak yang akan ditimbulkan diantaranya:
“Apa yang kita tanam itu yang akan kita tuai” begitulah pepatahnya, hal ini dapat memberikan pengalaman tersendiri bagi pemuda atau generasi muda agar dapat memanfaatkan ilmunya kepada orang lain, terkhusus untuk para intelektual muda (mahasiswa), juga hal ini dibarengi dengan menambah pengalaman, wawasan dan melatih generasi muda untuk peka terhadap setiap masalahan yang ada disekitarnya (termasuk permasalahan pendidikan).
Kepada daerah-daerah tertinggal gerakan ini sangat membantu dalam meningkatkan sumber daya manusia pedesaan, terlebih jika daerah tersebut tidak dapat akses internet dalam proses belajar mengajar seperti pada kasus diatas. Sehingga hal ini dapat membantu pendidikan mereka pasca pandemi dan juga dapat membentuk pola pendidikan baru agar betul-betul intensif dalam membangun karakter.
Perlahan dapat menyamaratakan pendidikan di Indonesia dari segi ilmu pengetahuan yang saat ini menuai kesenjangan yang begitu terasa antara kota dan desa.
Meningatkan silaturahmi dan jiwa gotong royong untuk kita saling bahu membahu membangun pendidikan di Indonesia untuk mencetak peradaban yang lebih maju.
Jika kita melihat besarnya dampak yang ditimbulkan maka Pemuda Mengajar ini sangat cocok dalam upaya membangkitkan kembali pendidikan kita pasca pandemi Covid-19. Sebab sama-sama kita ketahui bahwa Covid-19 adalah sebuah virus yang akhir - akhir ini sangat membuat dunia resah, terlebih Indonesia sebagai negara yang saat ini masih berkembang. Perlu terus sokongan pendidikan yang kuat.
Peran berbagai stakeholder sangat diperlukan tak terkecuali pemuda sebagai generasi harapan bangsa. Oleh sebab itu penulis berharap naskah ini bukan sekedar untuk berujung pada opini semata, namun lebih jauh menatap implentasi dari naskah ini juga dapat dijalankan di kalangan pemuda Indonesia. Sehingga sedikit demi sedikit carut marutnya pendidikan kita dapat terperbaiki. Jika kita tarik benang merah pembangunan bangsa adalah melalui pendidikan dan guru. Dan ini saatnya generasi muda menjadi guru untuk kemajuan bangsa. Sehingga Singkatnya penulis ingin mengatakan begini “kalau bukan kita siapa lagi kalau bukan sekarang kapan lagi”.
---
Penulis : Elvi Kerita, Mahasiswa Stif Yashafa
Komentar