Golongan Ini Dapat Derajat Tinggi dengan Alasan Sering Bersyukur Atas Nikmat Allah

Laporan ,

bimcmedia.com, Islami - Kata syukur tak luput dari pemberian Allah kepada umat manusia. Napas yang masih bisa dihirup dengan indahnya juga termasuk rasa syukur yang berlebih.

Nikmat mana yang kita dustakan dari semua ini? Allah berulangkali menanyakan hal serupa dalam Quran Surat Ar-Rahman.

Rasa syukur ini hanya dimiliki oleh mereka yang benar-benar mencintai-Nya sepenuh hati dan percaya bahwa setiap pengorbanan selalu ada hikmahnya.

Orang yang bersyukur selalu percaya bahwa setiap persoalan pasti akan ada jalan keluar jika berserah diri kepada-Nya.

Hari ini dapat satu rupiah saja, niscaya syukur harus diperpanjang kembali. Besok selayaknya usaha yang dilakukan harus lebih keras lagi.

Apabila belum mencapai pada titik yang diharapkan maka usaha tidak boleh kendor karena Allah telah menjanjikan semua kenikmatan tersebut pada masanya.

Allah tidak pernah ingkar janji namun manusia saja yang terlalu lama meminta-minta dengan harapan akan segera dikabulkan.

“Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. Dan Musa berkata: “Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim: 7-8).

Janji Allah dalam al-Quran ini tidak bisa dianggap sebagai ayat saja. Allah memberikan nikmat bahkan sebelum ayat ini diturunkan.

Namun, semua kembali kepada umat manusia yang mau atau tidak menelaah arti kenikmatan itu semua.

Bersyukur dengan nikmat yang telah diberikan hari ini adalah buah dari kesuksesan di masa mendatang.

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 18).

Pernah nggak kita berpikir bahwa nikmat hari ini karena bersyukur? Allah memberikan janji dengan apapun jika kita benar-benar mampu mengemban rasa syukur.

Keluhan terus-menerus maka itu pulalah yang diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya.

Contohnya saja, ada seorang yang selalu berkata, “Saya tidak ada uang!” maka perkataan ini adalah doa yang memperpendek rejeki yang datang kepadanya.

Namun, sebaliknya, jika ia tidak berujar apapun, hanya bekerja dan berusaha mengais rejeki maka ‘uang’ itu akan datang kepadanya dengan nikmat bertubi-tubi.

Nikmat apa yang kita rasakan hanya kita saja yang tahu di mana letaknya. Mereka yang selalu berpikir bahwa Allah ada di dalam hari-harinya, maka ia akan paham dan tahu betul di mana letak kenikmatan tersebut.

Namun syukur terhadap nikmat bukanlah proses mengalkulasikan apa yang telah Allah berikan lalu murka kepadanya saat tidak diberikan.

Syukur ini adalah memontum untuk memberikan penghargaan kepada diri kita sendiri atas apa yang diterima dalam hidup.

Orang yang selalu bersyukur selalu berujar, “Alhamdulillah,” walau apa yang diterimanya hanya sebatas senyum.

Orang yang bersyukur akan mengempaskan senyum begitu bangun tidur dan juga memberikan harapan lebih saat akan tidur dengan doa-doa panjang.

Bersyukur kepada Allah niscaya akan memberikan kenyamanan dan suasana hati lapang.

Keberadaan ini tidak mudah didapatkan apabila selalu meminta hal-hal yang belum tentu dapat kita emban apabila Allah memberikannya.

Komentar

Loading...
error: Content is protected !!