Meningkatkan Nilai Ekonomi Produksi, GNI Latih Proses Pembuatan
Pada Masyarakat Lhung Baro

Bimcmedia.com, Aceh Barat : Yayasan Gugah Nurani Indonesia (GNI) membuat pelatihan sebuah produksi kelompok usaha binaan GNI Meulaboh pada dua kecamatan yaitu Woyla Barat dan Arongan Lambalek. Pada kesempatan ini, pelatihannya di Desa Mon Pasong dengan memproduksi tepung beras untuk meningkatkan nilai ekonomi masyarakat dalam suatu produksi.
Selain itu, di pesisir pantai barat selatan Aceh kebanyakan para petaninya yang bersawah menanam bibit padi sehingga menghasilkan sebuah gabah atau padi baru di giling , selanjutnya diolah menjadi sebuah beras. Akan tetapi dengan sebuah produk beras, nilai ekonominya di sebuah pasaran masih murah sehingga kurang untuk kebutuhan sehari-hari.
Cut Irameri Erlinda, yang merupakan Community Development Project Manager, kepada bimcmedia.com, (Rabu, 30/06/2021) mengatakan " Harapan GNI kedepannya agar semua kelompok-kelompok yang telah diberikan pelatihan dapat mandiri dengan ekonomi yang stabil, karena pada saat ini seorang yang berprofesi sebagai seorang petani, seolah-olah tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup, karena dari ini muncul sebuah ide dari GNI untuk bisa membantu meningkatkan nilai ekonomi masyarakat dan memiliki nilai tawar di pasaran dengan pembuatan tepung."
" Dikemudian hari dalam perjalanan waktu, jika GNI tidak mendampingi lagi masyarakat kelompok tersebut dalam mengolah proses pembuatan tepung, masyarakat bisa mandiri untuk membuat dan melakukan pemasarannya dengan kemasan yang bagus dan memiliki nilai tawar yang tinggi" ucapnya.
Selanjutnya Cut Irameri Erlinda, juga menambahkan bahwa GNI juga telah menyiapkan sebuah koperasi untuk dapat menampung hasil produksi dari berbagai kelompok usaha hasil binaan dari yayasan ini. Kemudian yang biasanya langsung dijual dari hasil panen dengan harga yang sangat murah, maka karena setelah diolah menjadi sebuah produk tepung kemasan dapat dijual ke suplaiyer atau ke beberapa tempat usaha dengan jumlah lebih banyak dan nilai tawarnya juga akan tinggi, tidak lagi perlu menjual dengan harga/kg.
Dipilih proses pengolahan tepung dapat diolah menjadi kue karah, boi, apam dan berbagai kue khas Aceh lainnya. Karena didalam masyarakat Aceh kebanyakan pada saat pesta pernikahan, orang meninggal dan pesta-pesta lainnya selalu membawa kue khas Aceh, maka dari itu GNI melatih masyarakat untuk bisa membuat tepung beras yang layak untuk dijual.
Baca Juga :
- Dorong UMKM Naik Kelas, Tiga Top Wirausaha Unggulan BI asal Meulaboh akan Jaring Semua Pelaku UMKM di Aceh Barat
- Tim Gabungan PROKES Aceh Barat Mulai Menyegel Usaha Warga
"Disini kita untuk membuat sebuah tepung beras yang putih dan bagus, kita perlu tau apa-apa saja komposisinya, berapa kadar air, kadung dari tepung, sehingga bisa dibuat sebuah label, maka ketika masuk kedalam pasaran sudah memenuhi standar yang di tetapkan dalam perizinan PIRT, status halal, komposisinya, masa expired, dengan begitu dapat menambah kepercayaan konsumen atau pembeli sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat " tutupnya.
Dalam melatih masyarakat untuk proses pembuatan tepung beras yang paling adalah bahan bakunya yaitu, pelataran dan ilmu pengetahuan dalam pengelolahan. Maka dari itu kita harus tau bagaimana dapat memilih beras yang bagus dan layak dijadikan dalam bahan baku proses pembuatan, proses pengeringan, sehingga dapat menghasilkan tepung beras yang bagus sehingga layak diproduksi dalam pasaran, karena itu memang keinginan masyarakat.
" Bahan baku proses pembuatan tepung beras, selain beras yaitu : air untuk perendaman, pengeringan tepung bisa digunakan dengan sinar matari tetapi tidak boleh dijemur di atas tanah tetapi harus di atas meja atau lainnya, dan disarankan menambahkan natrium Netabulsulfit, yaitu untuk memutihkan tepung beras itu, dan harus memperhatikan takaran yang tepat. Karena penggunaan tersebut izinkan tetapi ada takaran yaitu 1 gram/liter. Setalah dari pada itu membuat kemasan sekaligus Lebel merek dari sebuah usaha kita, tempat produksi karena dengan sebuah kemasan itu bisa menarik, layak dijual, dan menjadi sebuah hak cipta dari usaha produk yang kita pasarkan" ujar Maya Indra Rasyip, St.P ,. M.Si Perwakilan dari Kantor usaha mikro kecil menengah (UMKM), sekaligus dosen pertanian UTU
Dalam kelompok usaha ini masih menggunakan pengeringan biasa, belum menggunakan oven pengeringan, mesin bisa penggilingan biasa, dan pres atau lem kemasan, sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya yang terlalu besar, karena baru-baru tetapi tepat mengikuti prosedur yang telah ditetapkan. Kekurangan karena peletakan mesin di atas tanah sehingga sering terkena virus atau bakteri maka itu wajib menggunakan .
Kemudian Zubaidah yang merupakan perwakilan dari masyarakat yang merupakan kelompok usaha mengucapkan "Pelatihan ini sangat bermanfaat, karena dimana kami yang belum tau menjadi tau. Sehingga yang tidak bisa kami lakukan sudah bisa kami lakukan bersama anggota kelompok, membuat tepung beras, bahan, cara pembuatannya, dan bagaimana bisa dapat memutihkan tepung tersebut. Karena sebelum mengikuti pelatihan ini selalu kuning dalam proses pembuatan atau pengelolaan tepung tersebut.
Kami sangat berterimakasih kepada GNI yang telah memberikan dan mengajarkan kepada kelompok usaha kami untuk dapat memproduksi tepung beras yang bernilai jual tinggi. Kemudian akan terus melakukan pembuatan tepung ini dan akan melanjutkan kembali dalam mengolah tepung tersebut menjadi sebuah kue tradisional sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi produksi sebagaimana dari keinginan GNI.
___
[A-]
Komentar