Opini Mahasiswa UTU : Generasi Di Seberang Lautan
Generasi Di Seberang Lautan
Oleh :
Rahmad Halomoan Lubis
(Mahasiswa Universitas Teuku Umar Jurusan Ilmu Komunikasi)
Bimcmedia.com, Opini : Mahasiswa menjadi agen terpenting pembangunan sebuah bangsa. Tongkat estafet keberlangsungan negeri berada pada genggamannya. Dengan lebel yang tinggi mahasiswa pun mengemban fungsi sebagai agent of change dia mengirimkan sebuah Opini Mahasiswa UTU sebagai , social control dan leaders of future. Oleh karena itu, dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia harus benar-benar menjadi hal prioritas di berbagai daerah. Sebab pendidikan yang terjamin bagi seorang anak menjadi aset terbesar bangsa untuk kemajuan masa depannya. Termasuk Kabupaten Simeulue yang merupakan sebuah kabupaten sekaligus pulau yang berada pada lepas pantai barat Aceh berdampingan langsung dengan samudera hindia. Tercatat ada ribuan mahasiswa yang berkuliah di daratan Sumatera bahkan diluar pulau Sumatera.
Perjuangan mahasiswa Simeulue untuk berkuliah dapat dikatakan tidaklah mudah. Dengan letak geografis yang di kepulauan membuat perjuangannya semakin lebih terasa dibandingkan dengan rekan-rekannya yang berada di daratan. Untuk berangkat ke perantauan saja mereka harus menyeberangi laut dengan menaiki kapal selama lebih kurang 12 jam.
Tantangan ekonomi pun hadir diantara mereka sehingga rata-rata para mahasiswa merupakan penerima beasiswa karena memang masih rendahnya kondisi ekonomi masyarakat Simeulue. Mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah petani dan nelayan. Sehingga mau tidak mau tingkat pendidikan anak-anak Simeulue harus berhenti apabila tidak adanya beasiswa tersebut.
Tantangan selanjutnya yang dirasakan juga yaitu sinyal yang sulit terakses dibeberapa daerah. Sehingga hal itu menyulitkan para mahasiswa untuk mengikuti proses belajar mengajar atau mengakses sumber-sumber pembelajaran. Apalagi dalam kondisi pandemi saat ini, banyak kampus yang mengalihkan proses perkuliahannya yang semula tatap muka menuju daring atau online.
Bukan hanya itu, krikil tajam yang meresahkan yaitu banyak mahasiswa Simeulue yang dipandang remeh oleh mahasiswa lainnya di daratan. Karena mereka mengira jika anak pulau itu tidaklah berkualitas dan tidak mampu bersaing dengan mahasiswa lainnya.
Namun, stigma tersebut mampu dipatahkan oleh putra-putri Simeulue yang berkuliah di kampus Aceh khususnya di Universitas Teuku Umar, Aceh Barat. Meskipun terlahir sebagai mahasiswa dengan julukan daerah 3T, terbukti banyak mahasiswa Simeulue yang berhasil menorehkan prestasinya baik dikancah nasional maupun internasional. Sebagai studi kasus diantaranya saja Yulfitranur menyabet juara perencanaan bisnis nasional, Rahmad Halomoan raih delegate KKN Kebangsaan di Provinsi Jambi, Nofriadi dan Taufik menjadi juara UTU Award tingkat Internasional, Asrudi sebagai delegasi UTU pada Student Exchange di Universitas Malaysia Trengganu dan tentunya masih banyak lagi mahasiswa-mahasiswi Simeulue yang berprestasi di UTU dari berbagai bidang maka dari dia Opini Mahasiswa UTU tersebut.
Mereka tidak hanya unggul di bidang akademik tetapi juga aktif di bidang non akademik dan aktif bergabung dengan organisasi yang ada, sehingga dapat memimpin berbagai organisasi. Dan kini Alhamdulillah mahasiswa Simeulue tidak dipandang sebelah mata lagi oleh anak-anak lainnya.
Akan tetapi, bagai bongkahan emas yang tak dipedulikan keberadaannya. Pemerintah kabupaten Simeulue kurang begitu memberi perhatian kepada mahasiswa yang berprestasi tersebut. Padahal apabila pemerintah lebih peka dan peduli, hal itu dapat menjadi peluang besar dalam meningkatkan sumber daya manusianya untuk dapat ambil andil dalam proses pembangunan daerah. Karena bagaimana pun estafet kepemimpinan pasti akan terus beregenerasi dan menjadi perhatian khusus.
Berbagai upaya kecil pun perlu dilakukan pemerintah seperti lebih mengapresiasi karya dan prestasi mahasiswa atau bahkan mampu memberikan rewards. Dengan begitu mampu memicu kobaran semangat mahasiswa itu dan menjadi contoh bagi mahasiswa-mahasiswa lainnya. Agar terus membangun konsep baru bagi kabupaten simeulue.
Hal urgent berikutnya adalah menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung serta wadah yang menampung terhadap minat bakat generasi muda. Karena banyak mahasiswa yang padahal mereka memiliki bakat namun tidak tau bagaimana melatih dan menyalurkannya.
Termasuk juga wadah pembelajaran mengenai skill yang harus dilatih melihat tantangan dan peluang ke depan, misalnya saja tempat belajar bahasa. Tentunya bahasa menjadi sangat penting bagi anak muda Simeulue karena Simeulue sudah menjadi destinasi favorit oleh para wisatawan mancanegara dengan keindahan alam dan budayanya. Tentu kita tidak ingin anak-anak Simeulue kalah dan tidak dapat mengambil peluang yang ada hanya karena dalam hal bahasa. Begitu juga dengan wadah lainnya seperti belajar budaya atau kearifan lokal pulau Simeulue dan sebagainya.
Akses jaringan juga sangat perlu diperhatikan oleh pemerintah. Tentunya ditengah era globalisasi saat ini, banyak ilmu pengetahuan diakses melalui teknologi internet. Jangan sampai anak-anak Simeulue ketinggalan informasi atau tidak up to date mengenai hal yang terjadi seiring berkembangnya zaman.
Ini merupakan sebuah Opini dari Opini Mahasiswa UTU dan mengirimkan ke bimcmedia.com , bagi pembaca lainnnya yang ingin memuat opininya silahkan dikirimkan ke email redaksi tersebut. Terimakasih.
__
Komentar