Sejumlah Aktivis Aceh Melawan Program Stikering

Laporan ,

Bimcmedia.com, Meulaboh : Selama sepekan ini, Aceh sedang dihebohkan oleh program stikering Bahan Bakar Minyak (BBM) premium dan solar bersubsidi untuk masyarakat. Berbagai elemen masyarakat, mahasiswa, aktivis bahkan  wakil rakyat. Menanggapi program pemberlakuan stiker BBM bersubsidi oleh pemerintah Aceh tersebut.

Keterangan : Aktivis Sosial Saat Memperlihatkan Stiker untuk ditempelkan ke mobil dinas Sumber/Gambar : Facebook Syakya Meirizal

Menanggapi hal program stikering, beberapa aktivis sosial dari Aceh. Diantaranya Koordinator pengawas Otsus (MPO), Direktur WALHI Aceh, Direktur Koalisi NGO HAM. Mencetak stiker untuk mobil dinas yang dipakai pejabat provinsi Aceh.

Dengan bunyi stikernya “ mobil ini dibeli dengan uang rakyat.” Diatasnya dibubuhi dengan logo pemerintah Aceh.

“Jika PLT Nova tidak segera menerbitkan SE pemasangan stiker pada mobil dinas. Kami sudah siap melakukan pemasangan stiker pada mobil dinas pada mobil Pejabat Pemerintah Aceh,” ungkap Syakya Meirizal di status Facebooknya.

Sebelumnya  banyak pihak yang meminta agar pemerintah Aceh lebih bijak dalam hal stikering ini. Program stikering terkesan hanya diperuntukkan untuk rakyat. Dan juga memalukan rakyat dengan bunyi yang kurang tepat.

Berdasarkan komentar dari postingan yang telah ramai dibagikan di sosial media. Sejumlah netizen sangat pro terhadap aksi yang dilakukan oleh keempat aktivis ini. Bahkan ramai yang meminta untuk ikut bergabung.

Tindakan tersebut sebagai bentuk melawan pemerintah Aceh yang mengeluarkan kebijakan yang sepihak. Hakikatnya, setiap kebijakan dikeluarkan berlaku untuk seluruh lapisan masyarakat tidak terkecuali masyarakat sipil.

Pemerintah harus mampu mengeluarkan kebijakan yang logis dan merakyat. Apalagi ditengah musim pandemi ini, dimana kondisi ekonomi masyarakat yang tidak stabil.  Karena tidak semua yang menggunakan mobil itu orang kaya yang memiliki ekonomi kelas atas.

Pemerintah daerah Aceh terkesan,  hanya menuntut masyarakat untuk patuh terhadap kebijakan yang dikeluarkan. Namun peraturan itu tidak berlaku untuk mereka.
Banyak pihak yang mengapresiasi gagasan keempat aktivis ini. Patut dicontoh oleh para generasi muda. Bagaimana bersikap kritis terhadap kebijakan pemerintah.

Kaum muda tidak hanya menjadi robot pembantu apalagi sampai menjadi penjilat. Untuk mendapatkan posisi aman di ujung jari para politis . Pemuda harus mampu tampil didepan, bukan jalan menunduk dibelakang raja.

Dari tindakan keempat aktivis tersebut. Membuktikan bahwa di Aceh masih ada orang-orang yang kritis terhadap pemerintah. Dan tindakan ini menjadi contoh untuk generasi muda lainnya. Agar terus sigap memantau dan mengkritisi setiap peraturan yang dikeluarkan pemerintah. Karena mengkritisi bukan berarti membenci.

Penulis : Deva Risma

Komentar

Loading...
error: Content is protected !!