Terkait PJ Bupati, Mahasiswa NARA Menanggapi Pernyataan Ketum IPMKP

Bimcmedia.com, Suka Makmue: Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Indonesia Meulaboh (STIMI) Ariefuddin menanggapi pernyataan yang disampaikan oleh Ketua Umum Ikatan Pelajar Mahasiswa Kuala Pesisir (IPMKP) - Meulaboh, terkait Penjabat (Pj) Bupati Nagan Raya, terlihat bukan sekedar membela kepemimpinan perempuan, tapi seakan sebagai pendukung PJ Bupati perempuan. Kamis 15 September 2022.
Dalam rilis yang di terima Bimcmedia.com pada Kamis malam 15 September 2022, Ariefuddin selaku mahasiswa asal Nagan Raya menyampaikan, agak mengherankan dengan serta merta ketua IPMKP mengatakan paguyuban mahasiswa akan mendukung PJ yang dimaksud jika menjadi Bupati.
Kemudian lanjutnya. Pernyataan dukungan saya kira tidak tepat untuk saat ini, karena dalam rentang waktu yang cukup politis. Sebab PJ selain diajukan oleh Dewan, namun juga dipilih berdasarkan sejumlah pertimbangan, dan termasuk didalamnya ada Tim Penilaian Akhir ( TPA ).
Tambahnya, Maka tidak tepat memberikan dukungan sebelum ditunjuk. Tapi jika sudah ditunjuk, memang tidak ada pilihan selain memberikan dukungan untuk kemaslahatan daerah Ungkapnya
Terkait kepemimpinan perempuan sebaiknya ketua paguyuban IPMKP mempelajari sejarah lebih dalam lagi dan tidak serta mengatakan orang lain tidak membaca sejarah hanya karena punya pendapat berbeda Papar mahasiswa Ekonomi Manajemen itu
Sebab kepemimpinan perempuan harus dilihat pada konteksnya. Sebab masa kepemimpinan Sulthanah di Aceh, perempuan hanya memegang kendali administrasi semata, akan tetapi pelaksanaan pemerintah tetap dipimpin oleh seorang Qadhi Malikul Adil dan Syaikhul Islam.
Jadi tidak mutlak seperti saat ini kepemimpinan diberikan kepada perempuan. Jika melihat saat ini, jelas secara syariat haram dipimpin oleh perempuan. Dan ini bukan hanya pendapat saya semata, tapi ulama seperti Waled Marhaban Bakongan juga mengatakan hal serupa.
Saya pribadi juga tidak masalah jika ada yang berbeda pendapat sejauh itu menambah pengetahuan dan bahkan itu cukup bagus menjadi bagian dari dialektika kita generasi muda Nagan Raya.
Tapi ingat pemuda apalagi mahasiswa harus profesional dan proporsional, jangan partisan, harus on the track, dan juga harus menjadi problem solving terhadap persoalan, supaya mendapat kepercayaan tinggi dari publik. Jangan dibaca oleh publik sebagai penari dari suara gendang orang lain. "Bek lumpat-lumpat wate di peugrop le gob". Tutupnya Arif dengan bahasa Aceh.
Namun, saat di konfirmasi secara terpisah, terhadap penyampaian Arieffuddin, Anisah ketua IPMKP mengatakan mungkin mereka belum memahami sepenuhnya apa yang dia sampaikan, menurut nya ikut sertanya perempuan berdasarkan aturan yang berlaku.
"Saya meyakini beliau baru membaca dan belum memahami terkait apa yang kami sampaikan.
Padahal sangat jelas hadirnya perempuan dalam bursa Pj Bupati Nagan Raya adalah amanah dari undang2 tentang partisipasi perempuan 30% ini adalah bentuk komitmen DPRK Nagan Raya dalam menjalankan kontitusi." Terangnya ketum IPMKP.
"Yang kita bahas bukan tentang agama, tetapi tentang hak perempuan dalam tatanan negara kesatuan republik indonesia." Tegasnya.
Sambungnya "Dalam sejarah Aceh, Perempuan menjadi pemimpin tentu bukan sebuah hal yang asing. Cut Nyak Dhien, Laksamana Malahayati, dan Tgk Fakinah adalah beberapa contoh bahwa perempuan Aceh punya kemampuan dalam menjalankan roda pemerintahan. Itu menjadi sejarah bagi kita orang aceh bahwa itu bukanlah sesuatu yang tabu dan tak layak jika diperdebatkan.
Menyangkut dukungan moral yang kami sampaikan, saya berpandangan itu merupakan bentuk kepatuhan terhadap konstitusi." Tutupnya Anisah.
Komentar